Ketika sekitar tahun 1925 sampai dengan tahun 1927, disekitar timur laut provinsi Jogjakarta tepatnya didaerah Ngaglik, Demangan, Balapan diramaikan dengan munculnya jenis teater komedi baru yang memiliki kekuatan untuk menyedot animo masyarakat pada saat itu. Dengan diiringi alat musik macam Lesung, Seruling, Terbang, dan Gending. Serta acting dengan menari, joget disertai nyanyian tembang, dan menggunakan dialog khas pergaulan jawa sehari-hari. Lakon-lakonya diambil dari cerita-cerita, dongeng-dongeng. Pentasnya di tempat terbuka. Teater rakyat ini lambat laun dikenal dengan nama “ ketoprak ”.
Dalam peninjauan lebih lanjut terhadap faktor yang menentukan pagelaran seni teater, yaitu faktor bahan cerita, actor, pentas dan penonton, akan kelihatan nanti bahwa proses akulturalisasi itu dialami oleh teater ketoprak.
Faktor Cerita
Pada pertama kali pertunjukan ketoprak dimainkan mulanya diambil cerita klasik, legenda, khayal, seperti Panji, Joko Tarub, Piti Tumpo, kemudian meningkat dengan cerita Menak, Mesir, Kejawan, Cina (Sam Pek Ing, Si Jin Kui, Ma Chun, dan sebagainya), akhirnya diketengahkan cerita sejarah, kepahlawanan, roman, dan sebagainya.
Faktor Akting
Dengan menari, semula maju mundur, kemudian berubah menjadi joget dengan irama 3-2-1, lenggang ukel bagi peran wanita, hingga akhirnya tarian ditiadakan.
Dialognya bebas, improvisatoris, sederhana, dan mudah diterima oleh penonton. Kemudian dikenal paramasastra, antawacana yang penuh dengan unsur unsur jawa.
Nyanyian tembang awal mula pucung, mijil tua. Setelah digunakan alat petik dan gesek gandamastuti dan magelangan. Dengan digunakanya gamelan tembang berubahdan bertambah dengan arasmadya, wicaksara, genjong goling, megomending, pisang bali, dan lain sebagainya yang pada umunya bernada pelog bem, lepas dari irama karawitan yang kebanyakan tidak cocok atau tidak selaras dengan guru wilangan irama karawitan.
Peralatan musik pengiring mulanya menggunakan lesung, gendang, terbang, gitar, biola, gendang, dan akhirnya Sharon dan gamelan jawa.
Faktor Pentas
Ruang pelakonan adalah tempat terbuka, kemudian pringgitan, yaitu bagian dalan rumah dengan konstruksi khas jawa, dengan pendopo hingga akhirnya diatas panggung proscenium.
Faktor Penonton
Semula yang menonton pertunjukan ketoprak ini adalah rakyat jelat, kemudian mendapatkan sponsor dari kalangan ningrat, sehingga golongan ini sudah mulai tertarik akah teaterketoprak. Akhirnya masyarakat luas ikut menikmatinya.